Rabu, 22 September 2010

KAU BALUT LUKA DENGAN JILBABMU

Ya Allah aku tak kuasa melihatnya, wajah putihnya berubah merah. Bagai kepiting rebus lunak siap santap. Karena air mata yang tertahan di pelupuk mata. Ingin aku menenggelamkannya ke dadaku agar segala beban tersandar, agar segala kerinduan tercurahkan. Agar dia tahu ada aku yang selalu ada untuknya ada aku yang akan menghapus air matanya.
“kenapa minta pulang?”
“capek, disini dari sore. lagian kalo pulangnya telat entar kena marah sama bunda”
Nesya berlalu menuju parkiran, kutarik tangannya dia menoleh. Aku melihat air matanya terjatuh membasahi pipi, dagu dan jilbab yang dikenakannya.
“secapek apa sih? Sampai Nesya nangis kaya gini?
“siapa yang nangis. Tadi kena debu tahu!”
“ya udah kalo nggak mau ngaku. Kalo ntar dada kamu meledak gak sah minta tolong ya!”
“yyyeeeeeeeeee,,,,,,,,,,,,,,,,,, bom waktu kali!”
Ku stater motorku meninggalkan cafe faforit kita. Berjalan ke arah selatan menyusuri jalan penuh kenangan . kami bisu diantara lalu lalang kendaraan. Sebenarnya banyak pertanyaan di benakku. Apa yang terjadi pada Nesya? Kulihat traffic lamp berwarna merah. Aku mengerem motorku tepat di tangah-tengah pengemudi kendaraan yang lain.
“Kita belok kiri aja.”
“Belok kiri??? Kita kan mau pulang. Kalo mau belok kiri ngapain tadi kita berhenti?”
“Halooo Rama yang super cute. Yang berhenti kamu kaliiiii bukan kita! Lagian supirnya siapa lagi. Aku belon pengin pulang. Masih pengin di sini ngademin ati”
“Ya udah pulang aja sana! Masukin frezer”
Aku jadi kaya orang utan yang baru masuk kota melihat traffic lamp buta huruf lagi. Sudah jelas ada tulisan KIRI JALAN TERUS la ini belok kiri pake acara berhenti nungguin trafic lamp berubah kuning . rasa-rasanya semua pengendara di sekitarku menertawaiku tanpa ampun. Aku masih menyusuri jalanan kota yang ramai. Ya tentunya masih ada sikecil Nesya di belakangku. Kenapa aku menyebutnya kecil??? Ya..............memang dia kecil. Bayangkan. Tinggi badan 148cm di umur 19th dengan berat badan 40kg. Kadang aku menyebutnya kurcaci. Sudah barang tentu dia marah. Tapi dia nggak akan marah disebut ‘cah cilik’. Dia bilang itu fakta. Bagiku Nesya adalah sahabat,adik,sodara bahkan kadang-kadang jadi musuh (kalo lagi berantem). Dari orok kita sudah bareng. Nesya lahir saat aku mulai balajar merangkak, kata ibu usiaku 2bulan. Dari belajar berjalan, dari TK sampai SMP bahkan di TPQ kita selalu bersama.
Kata Bapak Ibu guru kami, di sekolah maupun di TPQ aku jauh lebih pandai dari Nesya. Hal itu memang terbukti dari hasil rapor kami. Tapi nesya hebat dia selalu berusaha untuk jadi yang lebih unggul dari aku.walupun usahanya bisa dibilang sia-sia. Setiap penerimaan rapor kami selalu punya perjanjian. Siapapun yang lebih unggul dia berhak mendapatkan coklat merek terlezat dari yang tertinggal. Tentu saja aku yang selalu mendapatkan coklat tersebut.tapi aku tidak pernah menikmatinyya sendiri, aku selalu membaginya sama nesya.walaupun aku tidak membaginnya Nesya selalu memintanya secara paksa.
Kita masih melenggang diatas jalan raya. Melewati sebuah bangunan klise. Dulu aku sama Nesya belajar bersama selama enam tahundengan seragam merah putih kebanggaan kami.
“Jadi inget Rama dulu, masih ingusan”
“Sekarang sya???”
“Sekarang upilan. Tu jorok banget!”
“Hihhh,,,,,,,,,,,,,,,,ngatain orang. Dasar!”
“Hahahahahahahaha,,,,,,,,,,,”
Anganku terbang bersama gelak tawa Nesya. Andai kita tidak terpisah saat SMA. Aku pasti bisa ngemong dia dengan jarak yang sangat dekat dan intensif. Tapi apa boleh buat, aku cuma bisa memandang kesemrawutan nesya dengan jarak jauh. Nesya yang cuek, Nesya yang nakal. Sebenernya kita terpisah bukan karena sekolah kita berbeda tapi karena sudah ada yang menjaga nesya. Aku cuma mundur teratur. Tapi jangan salah, Nesya sekarang adalah manusia reingkarnasi dengan perubahan 180 . Biar tetep cerewet tetapi selalu mengontrol tutur kata. Kemanapun pergi jilbab selalu jadi tutup kepala. Sekarang waktu menyatukan kita. Ya walaupun sama-sama sibuk kuliah tapi selalu nyempetin ketemu, biasanya sih malam minggu kaya gini. Sekarang aku akan menjaga nesyaku, menjaga sobat kecilku. Syukur-syukur dia memang amanat dari Tuhanku untuk hidupku.
Aku marasakan pundakku mendapatkan sebuah beban, membuyarkan lamunan yang telah jauh menggantung bersama angin. Aku mencoba memeriksanya lewat kaca sepionku, sepertinya aku menemukan sesuatu disana.
“Ram,,,,,,,,,,,,,aku bolehkan pinjem pundakmu?”
Suara nesya mengagetkanku bersama dengan teriakan perempuan didepanku.
“Awassssssssssssssssssssssssssssssss,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”
Dan,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,brakkkkk aku menabrak becak dengan penumpang perempuan paruh baya.
“Rama hati-hati dong.” Lanjut nesya
Kuhentikan motorku. Alhamdulillah tidak ada korban. Baik luka ringan, berat maupun korban jiwa. Cuma dadaku sekarang dagdigdug kenceng banget.melebihi nara pidana yang akan dieksekusi mati,. Melebihi pengantin pria yang akan mengikrarkan ijab kabul. Bukan karena abang becak yang ngomel-ngomel memarahiku. Tapi karena nesya, nesya menyandarkan diri sepenuhnya kepudakku, eeeee gak ding Cuma kening doang.
Kita masih diam memandangi keramaian lalu lalang orang yang bermalam mingguan. Kata Jamal mirdad “malam minggu malam yang panjang, malam yang asik buat pacaran” tapi itu tidak berlaku buat aku. Malam minggu kaya gini aku harus nemenin nesya yang manyun, menekuk wajah seperti burung hantu. Diketawain orang ditengah lampu merah, kena marah sama abang becak gara-gara naik motor meleng. Nesya turun dari notorku. Duduk disebuah bangku kecil dibawah pohon beringin.
“Jangan disitu entar dikira anak tuyul ilang. Lagian tu rebutan O2 sama om pohon, entar pingsan repot deh bawa pulangnya.”
“Ihhh ngasal banget sih. Biarinlah mati juga gak papa besok-besok malah mo bawa tambang kesini”
“Yeeeee,,,,,,inget kamu punya utang ma aku Rp10000 makan bakso kemarin. Bayar dulu baru mati”
“Ya Allah pelit banget sih. Duit Rp10000 ja di ributin”
“Bukan pelit. Justru aku sayang kamu karena duit Rp10000 itu bisa menghambat perjalanan kamu di akherat”
“Ram kalo kamu marasakan kerinduan diatas kebencian apa yang kamu lakukan?”
“Mang kangen sama sapa sih???”
“Seseorang yang dulu mengaku kalo aku segalanya.tapi sayang tidak ada yang abadi di dunia ini”
“Ihhh ngomong yang jelas dong!!! Mang siapa sih???”
“Aduhhhhhhhhh.”
“kenapa Sya?”
“Pengin pipis. Ketoilet dulu ya. Rama tunggu sini, nitip tas”
Nesya ngeloyor pergi sambil melempar tasnya. Aku Cuma bisa geleng-geleng kepala ngeliat tingkah nesya yang aneh. Susah ditebak. Memandang tas nesya seperti ada magnet yang menuntun tanganku untuk membukanya. Entah kenapa aku bener-bener penasaran ingin mengetahui isi tasnya. Eitsssss tunggu dulu aku bukan klepto lo. Aku Cuma pengin tahu aja, benda-benda penghuni tas nesya itu apa aja sih? Dengan seribu keberanian kubuka resleting tasnya. Mungkin aku nekad, tapi biarlah. Toh nyatanya rasa penasaranku mengalahkan segala rasa didalam diriku. Aku menemukan minyak angin dengan botol kecil, imut. Aku sempat terkekeh mendapatinya, mungkin orang-orang pikir aku gila, tapi biarlah yang apenting aku puas. Tu anak kaya nenek-nenek pikirku. Aku melihat dompet panjang dengan warna coklat muda bergambar tedy bear, dengan tangan gemetar aku raih benda itu. Sekali lagi aku tidak ada minat untuk mencuri, nyolong atau apalah. Aku sendiri masih heran kenapa rasa penasaranku sebegini besarnya? Kubuka dompet itu perlahan, Subhanaallah aku benar-benar tidak tertarik dengan sejumlah uang yang ada di dompet nesya, kartu ATM? Apa lagi KTP? Gak penting. Tapi aku benar-benar terkejut mendapati sebuah foto dengan wajah ceria nesya dengan seorang cowok.
“Rama ko’ gitu si?!?!?” tiba-tiba nesya datang. Marah. Aku jadi celungukan. Aku bener-bener bodoh diantara orang bodoh. Aku kayak maling yang aketangkap sama tuan rumah.
“Maf sya a,,,,,,,,,,a,,,,,,,,,aku tidak,,,,,,,,,,,”
“Aku ngarti, kamu nggak mungkin nyolong!!!!! Tapi aku gak suka kamu kaya gitu!!! Melanggar privasi tauuu”
“ Iya sya maaaf,,,,,,,,,,tapi jangan ujan lokal gitu dong”
“Mau tak banjiri sekalian!!!”
kami berdua terdiam. Aku nggak perduli nesya marah atau nganggep aku kurang ajar. Yang merajai pikiranku sekarang adalah foto di dompet itu. Aku kenal cowok itu. Seperti halnya keberanianku mengobrak-abrik tas nesya. Aku pun harus punya keberanian untuk menanyakan hal ini.
“Cowok itu siapa sya?”
“Dia yang dulu mengaku aku adalah segalanya. Tapi tidak ada yang abadi ram”
“jadi ini yang bikin nesya nangis, minta pulang dari kafe?”
“cewek mana yang tahan ngeliat orang yang pernah menyakitinya jalan sama cewek lain. Sama sepupu kamu. Sedang dalam segala perubahanku aku masih selalu memohon pada Allah, agar dia kembali lagi sama aku.”
“Kamu berubah karena dia, bukan karena Allah?”
“Entahlah. Aku jadikan jilbab ini sebagai benteng bukan tameng (kedok). Dalam keadaan sepertiku setan mudah mempengaruhi, jadi aku harus punya pegangan yang kokoh. Agama. Tapi sekarang semuanya berakhir. Aku kecewa karena lukaku sendiri.”

“Setetes embun untuk hati yang gersang.
Semoga”

KU UNGKAP RINDU LEWAT FATIKHAH

Tuhan kembalikan dia padaku
Karena ku tak sanggup
berada jauh darinya
Kirimkan malaikat cinta untuknya
sampaikan pesan dariku
yang selalu merindunya

Suara Pingkan Mambo mengalun memenuhi kamar Virda. Kamar yang selama ini aku dan Virda tempati. Menurutku ini terlalu sederhana disebut sebagai kamar, aku lebih suka menyebutnya sebagai surga di dunia bagi Virda. Di sni semua suka, duka, tawa, tercurah. Belajar, berdo’a, berkarya, merenung dan semua hal yang Virda suka ia lakukan disini. Tapi bukan berarti MCK juga dilakukan disini lho. Untuk hal satu itu virda punya tempat khusus tentunya. Beberapa minggu ini Virda gandrung sama lagu merindunya Pingkan Mambo. Aku sampai heran, kaya orang patah hati saja.
Ini hari ke tujuh bulan Ramadhan, tapi aku tidak melihat semangat beribadah pada diri Virda. Meskipun dia tetap memenuhi hak-hak gusti Allah dan menghiasinya dengan seabreg sunah tapi kemuraman tetap menghiasi lesung pipinya. Kulihat wajahnya basah oleh air wudhu bercampur tetesan air mata. Ia kenakan mukenah putih dengan bordir biru, aku masih ingat mukenah itu kado ulang tahun dari ibu, satu paket dengan aku.
Waktu dhuha seperti ini tak pernah ia sia-siakan sekalipun dia sedang KBM aktif di Sekolah ia selalu minta izin pada gurunya untuk melaksanakan 2rakaat di pagi yang suci seperti ini. Ia terisak dalam do’a yang ia panjatkan.
“allaahumma innadh dhuhaa-a dhuhaa-uka walbahaa-a bahaa-uka, wal jamaala jamaaluka wal quwwata quwwatuka,walqudrata qudra tuka wal ‘ismata ismatuka, Allahumma in kaana rizqii fis samaa-I fa-an zilhu, wa in kaana fil ardhi fa-akhrijhu, wa in kaana mu’assiran fayassirhu wa in kaana haraaman fathahirhu, wa in kaana ba’iidan faqarribhu bihaqqi dhuhaa-ika wabahaa-ika wajamaalika, waquwwatika waqudratika,aatinii maa ataita’ibadakash shaalihin”
“YaAllah limpahkanlah rahmat dan rizqiMU pada hamba, kepada kedua orang tua hamba dan orang-orang yang hamba sayangi. ya Allah lindungi mas ganteng dalam setiap pijakan kakinya. Beri kemudahan atas setiap urusanya”
Mas ganteng??? Siapa lagi sih??? Yang aku heran Virda selalu menangis setiap menyebut namanya. tapi sampai hari ini Virda tidak pernah cerita kepada ku mahluk darimana mas ganteng itu. Masih jelas diingatanku pada akhir kelasXI kemarin Virda deket sama seorang cowok, katanya kakak kelas gitu deh! Kayaknya sih dia baik, antar jemput tiap hari. Kaya ojek. Sejak itu Virda selalu tertawa riang dan tersenyum manis tiap do’a-do’a yang ia panjatkan. Tapi tawa itu kini sirna seiring menghilangya abang tukang ojek nan baik hati itu.
Virda mengakhiri do’anya dengan fatihah. Dia melipat seperangkat kostum solatnya. Merebah lemah diatas ranjang berseprai biru. Masih dengan deraian air mata. “mas ganteng, nduk kangen andai mas ganteng masih milik nduk” ingin sekali aku menciumnya seperti dia menciumku setiap sujudnya, setiap khusuknya menjalankan kewajibannya sama gusti Allah.
Kulihat ibu mendekati Virda, mengelus rambutnya. Ibu adalah orang yang paling dekat sama virda dan paling manjain Virda. Maklumlah anak tunggal. Ibu Cuma geleng-geleng kepala melihat tingkah Virda akhir-akhir ini, kata bapak sih cukup memprihatinkan. Gimana nggak??? Tiap hari kerjaanya Cuma mewek mengurung diri di kamar sampai sakit kaya gini.
“sing putus cinta wong siji ko’ sing repot wong sakdunya”
“ooo,,,,, Virda ngerepotin ibu ya?”
“yaAllah nduk tak kirain kamu bobo? Ibu tidak pernah merasa direpotin sama kamu. Tapi bapak sama ibu kawatir sama kamu, sayangkan kalo anak ibu yang cantik ini kehabisan air mata gara-gara cowok entah berantah itu”
“ibu jangan nyalahin mas ganteng, Virda yang salah, virda yang gak bisa ngertiin dia. Tapi virda sudah berusaha buat ngertiin dia bu. Mungkin mas ganteng benar cuma waktu saja yang belum tepat mempertemukan kita hikz,,,hikz,,,hikz,,,”
“ia ibu tahu, tapi bukan berarti kamu larut dalam kesedihan kaya gini ta? Kalo terjadi sesuatu sama Virda bukan mas ganteng yang kehilangan tapi bapak sama ibu”
“ia bu maafin Virda sudah bikin khawatir bapak sama ibu, Virda cuma butuh waktu buat terbiasa tanpa mas ganteng”
Adzan isya berkumandang, Virda bergegas menuju mushola. Langkahnya terlihat gontai. Wajahnya pasi menggambarkan luka dan kekecewaan terhadap keadaan yang terlanjur terjadi. Virda memilih shaf nomor dua bersebelahan dengan ibu. Dia lebih suka berbaur dengan ibu-ibu dan nenek-nenek saat tarawih dari pada sama anak gadis lainnya di shaf paling belakang, karena shaf belakang rame. Temen-temen sebayanya lebih banyak bercanda dari pada tarawihnya.
Virda menggelarku mengikuti shaf depan. Dimulainya ibadah setahun sekali yang jatuh pada bulan Ramadhan yang kedatangannya dinanti oleh seluruh penghuni langit dan bumi.
Tarawih selesai tepat pukul 20.00WIB tapi belum kultum. Kebetulan tarawih malam ini diimami ustadz Mutaqin tetangga sebelah. Virda biasanya menyapa dengan sebutan kang aqin. Mereka deket, mungkin saling jatuh cinta tapi mereka memutuskan untuk berteman biasa saja. Alasan kang aqin jelas, bahwa pacaran dilarang dalam agama kita. Alasan virda karena virda minder dengan keluarga kang aqin karena virda bukan seorang santri. Karena itu syarat mutlak bagi keluarga kang aqin.
Virda termangu mendengar ceramah kang aqin. Malam ini kang aqin berceramah dengan judul cinta. Waduhh kayaknya pas tu buat Virda yang lagi sakit cinta. bahwa cinta menurut islam itu mempunyai tiga sekala, yang pertama adalah mahabbatullah yaitu cinta kepada Allah, yang kedua mahabbaturasul adalah cinta kepada rasul dan yang terahir adalah mahabbatul jihad yaitu cinta kepada keluarga, lawan jenis, harta benda & hal-hal yang bersifat duniawi. Jadi tidak baik jika manusia mencintai hal duniawi melebihi cintanya kepada sang pencipta.
Mudah-mudahan apa yang disampaikan kang aqin bisa menjadi perenungan buat Virda. Bahwa cinta yang haqiqi adalah cinta kepada Allah bukan termehek-mehek mencintai mas ganteng itu.
Aku lihat firda membaca sms panjang lebar dari kang aqin,
“nok, kang aqn dh tw sma dr ibumu, kang aqn mang blm prnh pth ht tp kang aqn bsa ngrt prsan km skrng. Ttplh jd ce k’at yg kang aqn knl dl sblm km mngnl cnta kpd lwn jnsmu. Mntlh pd gst Allah pa yg trbaik bwt km. jk emg km msh mrndknnya, smpaikn rndumu dg fatihah kpd gst Allah, gst Allah pst akan mnyampaikannya kpd laki2 yang km cntai itu”
“y kang, mkch atas srnny”
“b’at akangmu yg k’ren ni cm mkch??”
“emg kang aqin mnt pa dr vrda”
“kang aqn pngn km optms, bhw gst Allah dh pnya laki2 solh bwt km”
“cnthny kang aqn gtu???”
“husttt ngco km. ya Allahuak’lam lgan km kn skrng kls XII shrsny km mkrn UN bkn co”
“oc pk ustadz”
Malam ini Virda gelisah dalam tidurnya. Balik kanan, balik kiri, tengkurep, telentang. Aku sendiri tidak mengerti apa yang membuatnya begitu gelisah. Mas ganteng kah? Atau sms dari kang aqin? Mas ganteng - mas ganteng siapa sih sebenarnya kamu kenapa membuat virda sebegitu kacaunya.
Virda bangun dari tidurnya.”kang aqin benar, hanya gusti Allah tempat aku mengadu dan mencurahkan segala rindu. Rindu dan cintaku pada mas ganteng akan ku ungkap lewat fatihah. Aku percaya gusti Allah akan menyampaikannya” gumamnya sendiri. Dia lawan dingin yang menusuk sendi dengan mengambil air wudhu, berharap api kegelisahan padam oleh basuhan wudhunya. Virda mengucap takbir dengan bibir bergetar karena menahan dingin. Aku menatap haru setiap sujudnya “sub haana rabbiyal a’laa wabihamdih” terdengar begitu merdu. Ya Allah terimalah sujud Virda, ampuni segala dosanya. Setelah salam virda menengadahkan tanganya melantunkan sejuta harap kepada gusti Allah.
“ya Allah, jika mas ganteng jodohku, aku percaya engkau akan mempertemukan kami kembali dalam keadaan yang baik dan waktu yang tepat. Jika tidak beri aku kekuatan untuk iklas dan melupakannya. Illa hadhratin nabiyyil musthafaa, Muhammadin shallallahu alaihi wasallama khususon Zulfikar Ikhtiar bin khanafi Al fatihah”
Zulfikar ikhtiar???? Jadi yang disebut Virda mas ganteng itu tiar alias Zulfikar ikhtiar, kakak kelasnya dulu yang setia jadi abang ojek tiap hari???
Ibu mendekati Virda yang bersimpuh diatasku
“tiar meneh???”
“bukan salah mas tiar bu, mas tiar tidak pernah menyakiti Virda. Justru Virda yng menyakiti diri Virda sendiri”
“inggih sampun, mriki tak peluk sayang”
“ ihhhhhhhhh ibu ko’ mature koyo mas tiar nek meh meluk Virda”
‘eeeehhhhh anak ibu dah berani main peluk-pelukan ya?!?!?”
“hehehe dikit bu”
“pasrahkan semua sama gusti Allah, karena jodoh, rezeki, sudah tertulis. Sabar ya!”
“mang mas tiar ganteng itu pergi kuliah kemana ta?”
“ke Jakarta bu Virda takut disana mas tiar kepencut sama gadis kota dari pada nantinya virda di hianati lebih baik sekarang virda mutusin berteman saja sama mas tiar.”
“kalo memang seperti itu masalahnya berarti virda harus menerima konsekuensi atas pilihan virda sendiri, nggak boleh nyiksa diri kaya gini. Lagian orang ko’ mudah kemakan sugesti negative. Ini namanya susah di buat sendiri”
“iya bu mulai hari ini Virda janji mo kembali hidup normal, mulai besok virda back to school”
“gitu dong baru anak ibu. Ngomong-ngomong ini sajadah udah kummel juga gak ganti-ganti”
Hahhh mo ngganti aku???? Ibu tega banget sich, jelek-jelek gini kan setia sama virda
‘nggak ah bu, ini kan kado ulang tahun dari ibu sekaligus soulmate virda dalam menjalin cinta sama gusti Allah”
“ya sudah, selesaiin dulu munajatmu habis itu makan sahur”
Alhamdulilah walau usang Virda masih mau mempertahankanku, kirain mo melepas ku gitu aja kaya ngelepas cintanya ma mas tiar itu.
Pagi merambat mendekati imsak , virda tetap bersimpuh setelah makan sahurnya untuk menanti adzan subuh. Sambil terus bermunajah. Masih tentang cinta.
“ya Allah tanamkanlah cintaku pada hati laki-laki yang mencintai-Mu agar bertambah iman di kalbuku. Berikan rinduku pada insan yang memuja-Mu agar rindu hakiki pada rab ku tetap berdetak tiap hembusan nafasku”



Pemalang 11/8/09
19.05WIB
Cinta itu candu
yang membuat hati rindu